RADIOMUARA –
Peran media sangat dibutuhkan untuk mengatasi hoaks, mitos, dan stigma tentang penyakit kusta.
Media, pers mahasiswa, jurnalis warga dapat memainkan peran penanggulangan kusta di Indonesia yang masih berperingkat ketiga dunia setelah India dan Brazil.
Dalam dialog yang digelar oleh NLR Indonesia pada beberapa waktu lalu, tepatnya pada Jumat ( 11 /08 ) lalu. Tiga nara sumber, Paulan Aji dari Communications Officer NLR Indonesia, Uyung Pramudiarja ( Redaktur Pelaksana Detikhealth ) dan Amirullah yakni Orang Yang Pernah Mengalami Kusta ( OYPMK ). Terungkap bahwa masyarakat Indonesia saat ini masih banyak yang belum memahami tentang bahaya dari penyakit Kusta serta bagaimana cara mengobatinya.
Untuk itu menurut Paulan Aji, disinilah peran media sangat penting sebagai penyalur informasi yang valid. Media diharapkan mampu menuangkan informasi yang valid dan inklusif dengan kaidah jurnalistik tanpa mengesampingkan risiko terjadinya stigma dan diskirimasi pada kusta yang berujung pada masalah kesejahteraan emosional, psikologis hingga sosial.
Menurutnya, kusta dalam berita yang valid dapat membantu mengedukasi masyarakat sehingga cita-cita bersama untuk eliminasi kusta di Indonesia dapat terwujud.
Yang harus diperhatikan oleh media yakni, istilah yang ada dalam issue dan mampu mengemas berita dengan penjelasan yang sederhana sehingga mudah dimengerti masyarakat.
Beberapa perubahan terminologi yang perlu diperhatikan dalam pemberitaan, seperti kata cacat diubah menjadi disabilitas, penderita kusta menjadi pasien kusta dan ex kusta menjadi OYPMK (orang yang pernah mengalami kusta).